referensimuslim.com – MENERJEMAHKAN sebuah teks bukanlah semata-mata pesoalan mengalihkan kata demi kata dari bahasa sumber ke bahasa target. Menerjemahkan berarti menghadirkan pesan secara ekuivalen. Sebab ada amanat yang harus disampaikan kepada pembaca. Tugas ini tentu tidak mudah. Alih-alih menyampaikan amanat, yang terjadi malah tindak khianat. Itu kalau pesan tidak tersampaikan secara akurat.
Esensi penerjemahan sesungguhnya menyampaikan amanat (gagasan, pemikiran, perasaan) dari bahasa sumber ke bahasa target secara utuh, baik bentuk maupun makna kepada pembaca. Jangan sampai pembaca teks terjemahan menerima amanat sepotong-sepotong, sehingga menimbulkan kesalahpahaman. Terlebih terjemahan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia yang berkenaan langsung dengan khazanah keislaman. Jika terjemahannya berkualitas buruk bisa berakibat fatal.
Memang tak dapat dimungkiri, setiap bahasa memiliki keunikannya masing-masing dengan fitur-fitur budaya yang menyertainya. Keunikan inilah yang menyebabkan sesuatu menjadi muskil dalam menghasilkan terjemahan yang ideal. Celakanya lagi, upaya menghadirkan terjemahan yang bermutu terkadang harus “memerkosa” struktur dan kultur satu bahasa. Akibatnya, teks terjemahan yang dihasilkan banyak dipandang sebagai “anak haram” yang sulit diterima khalayak.
 Kiranya itulah hajat buku Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia ini  diterbitkan agar penerjemah dapat bertindak cermat. Dalam hal ini aspek  makna harus menjadi prioritas utama, setelah itu barulah aspek gaya  bahasa. Makna adalah aspek terdalam yang ada dalam bahasa. Makna inilah  sebetulnya yang menjadi acuaan setiap terjemahan.
 Selain itu penulis juga menegaskan, penerjemahan (dari bahasa Arab ke  bahasa Indonesia, misalnya) bukan sekedar pesoalan bahasa, tetapi juga  menyangkut masalah budaya. Karena itu, penerjemah sejatinya adalah  seorang bilingual sekaligus bikultural.
 Sebab teks sumber dan teks target memilki warna budaya dan bahasa  yang berlainan. Penguasaan aspek-aspek linguistik, seperti morfologi,  sintaksis, leksikon, senyatanya ditunjang dengan pemahaman budaya yang  baik.
 Penerjemah yang tidak menyelami sosio-kultural bangsa Arab akan  menjadi problem tersendiri. Banyak ungkapan-ungkapan, istilah-istilah,  dan nama-nama benda yang terdapat dalam bahasa Arab tidak mudah  dipahami. Sekadar contoh,  ungkapan: “qabla ar-rima’ tumla’u al-kanain”.  Terjemahan harfiyahnya adalah “sebelum memanah, penuhi dulu tempat anak  panah.” Peribahasa ini dalam bahasa Indonesia bisa dimaknai dengan  peribahasa “sedia payung sebelum hujan.”
 Peribahasa tersebut berkaitan dengan latar belakang sosio-kultural  orang Arab dahulu yang sering mengadakan perang. Sedang bangsa Indonesia  sering mengalami musim hujan. Pengetahuan penerjemah seputar  sosio-kultural jazirah dipandang penting agar dapat mempercepat  pemahaman pembaca ketika membaca hasil terjemahnnya.
 Kegagalan penerjemah biasanya disebabkan ketidaktahuannya dalam  menangkap makna dari teks sumber. Boleh jadi ia bisa menangkap makna,  tetapi keliru menyampaikan makna tersebut ke dalam bahasa target. Jika  demikian, seorang penerjemah dianggap telah berkhianat. Karena itu,  terjemahan yang buruk, terlebih dari dari bahasa Arab ke bahasa  Indonesia, tidak hanya penerjemahnya yang tersesat, tapi juga  menyesatkan banyak orang.
Akhir kata, upaya menghasilkan terjemahan yang baik idealnya mencerminkan tiga sisi kualitas, yaitu keakuratan, kejelasan, dan kewajaran. Akurat artinya terjemahan harus mengungkap amanat teks sumber secara utuh; jelas berarti mudah dipahami pembaca; dan maksud wajar di sini ialah mempuyai kesan alamiah, sehingga sebuah terjemahan tak terasa sebagai terjemahan.
 Secara praktis buku ini akan memandu pembaca bagaimana mendalami  strategi, metode, prosedur, dan teknik penerjemahan yang tepat. Buku  setebal 256 halaman  ini layak dijadikan rujukan terutama bagi para  (calon) penerjemah Arab-Indonesia hingga karya terjemahan yang  dihasilkan dapat menyampaikan makna bahasa target yang paling dekat  dengan makna dari bahasa sumbernya. 
     
Ahmad FatoniPengajar Bahasa Arab Universitas Muhammadiyah Malang
Judul Buku     : Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia 
Penulis          : M. Zaka Al Farisi, M.Hum
Penerbit        : Remaja Rosdakarya, Bandung
Cetakan        : I, September 2011
Harga            : Rp 47, 500/-
Tebal             : 256 halaman
Peresensi      : Ahmad Fatoni*)
Link: Hidayatullah
