referensimuslim.com– Saya yakin kita semua telah mendengar kata “sukses”! bahkan buku dan beragam tulisan lain yang berjudul sukses dan sukses entah berapa ribu kali kita membaca kata ini. Namun, saat Anda di tanya atau kita bertanya kepada orang tentang makna sukses, tentu jawaban kita dan jawaban orang yang kita tanya berbeda-beda.
Lantas apa itu sukses? Apa yang anda maksud dengan kata sukses? Seperti apa kesuksesan itu?
Apakah orang yang sukses itu adalah orang yang bergelimang harta? sebut misalnya, seperti yang pernah diceritakan Dr. Thoriq Suwaidan, ia saat study di Amerika kerap ngobrol, berbincang-bincang ringan bahkan suatu saat serius bertanya kepada mereka yang secara materi paling unggul saat itu. Saat mereka di tanya, Anda sangat sukses dengan yang telah anda raih saat ini. Apa jawaban mereka?! Mereka malah balik bertanya, sukses? Apa itu sukses?!
Atau sukses adalah ketika seseorang telah meraih gelar akademik paling tinggi saat ini. Atau yang telah meraih suatu jabatan paling top di sebuah perusahaan terkenal. Atau seseorang yang telah meraih popularitas nomor satu dunia. Atau, atau, atau yang lainnya.
Jawabannya sama. Semua itu tidak lantas menjadikan orang itu dikatakan sukses. Karena ternyata, sisi lain kehidupan mereka ternyata pahit. Banyak diantara mereka yang meninggal dengan cara yang mengenaskan. Ada yang dengan meminum obat penenang secara rutin, hingga akhirnya OD, meninggal. Ada yang terjun dari gedung pencakar langit. Ada juga yang meletupkan senjata api di mulutnya, DOR!
Pantaslah Rasulullah Saw pernah bersabda,
“Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai orientasi hidupnya, maka Allah Swt akan menjadikan kefakiran terhadapnya, menjauhkan segala kenikmatannya, dan tidak akan ia dapatkan kecuali hanya secuil yang Allah kehendaki.” (HR. At tirmidzi)
Saat kita ingin meraih kesuksesan, sejatinya kita telah mengetahui terlebih dahulu apa itu sukses dan apa saja indikatornya. Karena tanpa mengetahui keduanya, kata sukses menjadi bias dan hanya dipandang sebagiannya saja, bukan keseluruhannya.
Padahal sukses adalah proses menuju tujuan. Bukan sebaliknya. Ia adalah rangkaian tangga-tangga sukses saat berjalan menuju tujuan. Tujuan hidup kita, Allah Swt. Allahu ghayatuna!
Setidaknya indikator kesuksesan itu sebagai berikut,
Pertama, dirinya dulu menjadi orang sukses. Karena tidak mungkin ia berbicara sukses dan kesuksesan terhadap orang lain sementara dirinya belum sukses atau bahkan gagal. Bagaimana mungkin seseorang mengatakan kepada orang lain agar menjadi keluarga yang harmonis, padahal di rumahnya tiap saat piring berterbangan, teriak, bentak, tinju dan lain sebagainya. Bagaimana mungkin seseorang mengajak pendidikan anak adalah utama, padahal anak-anaknya sendiri jauh dari apa yang selama ini ia gembar-gemborkan.
Intinya, ketika seseorang ingin dikatakan sukses, ia mesti menjadi orang sukses. Mulai dari diri sendiri!
Kedua, seseorang belum dikatakan sukses bila hubungan dengan orang lain belum sukses. Ia belum dikatakan sukses, bila kesuksesan itu baru bisa diraihnya sendirian. Ia belum bisa menularkan kesuksesannya terhadap orang lain. Karena sebaik-baik manusia adalah yang memberi dan berkontribusi terhadap kesuksesan orang lain!
Ketiga, kenapa hingga detik ini kita begitu hafal dan fasih menyebutkan orang yang telah berabad-abad lamanya meninggal dunia. Sebut misalnya, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Syafi’i dan yang lainnya. Jawabannya adalah karya mereka hingga detik ini terus dibaca sepanjang sejarah kemanusiaan. Menjadi referensi pokok orang banyak.
Belum disebut sukses orang yang amat terkenal di masa hidupnya, namun disaat orang itu meninggal, tiada lagi disebut namanya. Karena ia tidak meninggalkan apa-apa. Harimau mati meninggalkan belangnya, gajah mati meninggalkan gadingnya, dan tentunya manusia mati meninggalkan karyanya!
Keempat, sukses hubungannya dengan Allah Swt. Point ini meski disimpan terakhir, bukan berarti kurang penting. Justeru sebaliknya, sukses yang pertama, kedua, ketiga tidak ada artinya bila tidak sukses pada point yang keempat ini.
Betapa banyak mereka yang sukses pertama, kedua dan ketiga. Tetapi, mereka gagal di point keempat ini. Mereka tidak percaya adanya Penguasa Alam ini. Tidak percaya dengan surgu atau neraka. Mereka mengira kehidupan ini di dunia saja. Meraka yakin bahwa yang membuat sukses itu adalah hasil usaha, strategi, kepintaran dan rancangan mereka. Tidak, sekali lagi tidak!
Semua kesuksesan, pertama, kedua dan ketiga adalah Allah Swt yang menakdirkan itu semua. Allah lah Yang Maha Menentukan segala urusan. Allah lah yang menentukan kesuksesan seseorang. Manusia dengan segala keterbatasaanya hanyalah berusaha, Allah lah yang menentukan pada akhirnya.
Inilah yang dipahami seorang ulama Mesir, Sayid Qutub. Disaat orang-orang menangis, –ia meninggal ditiang gantungan pemerintah yang zalim saat itu–, namun ia tersenyum. Ia sukses dihadapan Allah Swt.
Sukses dengan Allah Swt adalah lebih dari segalanya. Ketika hampir semua orang mencintai seseorang, menganggapnya sukses, namun ternyata ia dibenci Allah atau bahkan mendapat murkaNya, maka sia-sialah semua itu. Tapi sebaliknya, sendainya seluruh isi dunia membenci seseorang, namun Allah mencintai orang itu, maka amatlah mudah bagi Allah untuk membalikkan hati semua manusia yang ada di dunia ini menjadi mencintai orang itu. Inilah kesuksesan sejati. Sukses dunia-akhirat. Sukses totalitas!