Saling Menghormati Perbedaan Iedul Adhha

Pada 2010 ini masyarakat Indonesia kembali akan menyaksikan pelaksanaan Idul Adha yang berbeda, pada 16 dan 17 November 2010. Silakan masyarakat memilih sesuai dengan keyakinan dan saling menghormati dengan yang berbeda pendapat.Pemerintah Indonesia menetapkan tanggal 1 Zulhijah 1431 Hijriyah jatuh pada hari Senin, 8 November 2010. Dengan demikian, hari raya Idul Adha 1431 H jatuh pada hari Rabu, 17 November 2010. Ketetapan ini berdasarkan pada sidang itsbat awal Zulhijah di Gedung Kementerian Agama (8/11).

Sidang yang dipimpin Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Prof. Dr. Nasaruddin Umar, dihadiri Sekjen Kemenag Bahrul Hayat PhD, Dirjen Peradilan Agama Mahkamah Agung Drs Wahyu Widiana MA, Ketua MUI Prof Umar Shihab, dan anggota Badan Hisab Rukyat (BHR). Hadir juga sejumlah ormas Islam, seperti NU, Muhammadiyah, Persis, Al Irsyad, Jamiyatul Wasliyah, Dewan Masjid Indonesia, dan Syarikat Islam.

Menurut Nasaruddin Umar, pada Sabtu 6 November 2010, pemerintah sudah melakukan rukyat di 36 titik. Namun, tidak ada satu pun yang melihat hilal. Begitu juga dengan seluruh menteri-menteri agama di berbagai negara seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura. “Tidak ada satu pun yang melihat bulan. “Karena posisi bulan yang disepakati ormas Islam itu 2 derajat. Sementara posisi hilal kemarin itu hanya 0 derajat 19 menit sampai ke Indonesia bagian barat 1 derajat 21 menit,” ujar Nasaruddin.

Ketua BHR Rohadi Abdul Fatah yang juga Direktur Urusan Agama Islam menjelaskan, pihaknya telah melakukan rukyatul hilal (peneropongan bulan baru, red) pada Sabtu (6/11) yang bertepatan dengan akhir bulan Zulkaidah di beberapa titik rukyat yang dimiliki Kementerian Agama. Berdasar rukyatul hilal, posisi hilal kendati berada di atas ufuk, tapi masih imkanurrukyah belum mencapai 2 derajat.

Menurut Rohadi, ijtima pada Sabtu, 6 November 2010 jam 11,52 ketinggian hilal pada -0 derajat sampai 1 derajat, posisi hilal masih belum terlihat. “Dengan demikian, bulan Zulkaidah digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari, sehingga tanggal 1 Zulhijjah jatuh pada hari Senin, 8 November,” kata Rohadi.

Sebelumnya, jauh-jauh hari PP Muhammadiyah telah mengeluarkan maklumat nomor 05/MLM/I.0/E/2010 tanggal 16 Juli 2010. Maklumat yang ditandatangani Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr HM Din Syamsuddin MA dan Sekretaris Umum Dr H Agung Danarto MAg yang menetapkan  1 Zulhijah jatuh 7 November dan Idul Adha 10 Dzulhijjah jatuh 16 November 2010.

Arab Saudi: Sehari Lebih Awal
Berbeda dengan ketetapan Pemerintah Indonesia, Idul Adha di Arab Saudi lebih awal sehari dari Indonesia. Mahkamah Tinggi Agung (MA) Saudi Arabia telah mengumumkan pada Sabtu (6/11)  bahwa awal bulan Zulhijah 1431 Hiriyah jatuh pada hari Ahad (7/11). Keputusan ini diambil berdasarkan ru’yatul hilal (melihat bulan).

Penetapan Idul Adha itu dilakukan setelah otoritas berwenang di Saudi melakukan pengamatan bulan pada Sabtu (6/11) malam yang diperkuat dengan hasil perhitungan para astronom resmi di Saudi.

Melalui kantor berita Saudi, Mahkamah Tinggi Agung telah menetapkan bahwa malam Ahad adalah awal dari bulan Zulhijjah 1431 H, berdasarkan kalender Umul Qura. Selain itu,
Mahkamah Tinggi Agung juga menyatakan bahwa keputusan ini berlaku bagi seluruh umat Islam secara umum.

Dengan demikian, berarti wukuf di Arafah pada 9 Zulhijah 1431 bertepatan dengan tanggal 15 November 2010. Sementara Hari Raya Idul Adha tanggal 10 Zulhijah 1431 H. jatuh pada Selasa, 16 November 2010. Dengan demikian, sekitar 1,5 juta jamaah calon haji dari seluruh dunia akan memulai ritual haji diawali dengan wukuf di Arafah pada 15 November 2010.

Penyatuan Kalender

Penetapan Idul Adha di Indonesia pada 2010 ini, setidaknya terdapat dua perbedaan. Pertama, tanggal 16 November 2010, seperti yang ditetapkan oleh PP Muhammadiyah. Kedua, 17 November 2010, seperti yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia bersama dengan beberapa ormas Islam. Ada juga beberapa tareqat yang merayakan Idul Adha di luar tanggal 16 dan 17 November 2010.

Selain PP Muhammadiyah, beberapa ormas Islam (seperti Dewan dakwah Islamiyah, Hizbut Tahrir Indonesia) dan beberapa alumni haji memilih merayakan Idul Adha 2010 pada 16 November 2010. Ormas Islam ini mengacu penetapan Idul Adha bukan berdasarkan hisab, melainkan rukyatul hilal yang ditetapkan Pemerintah Arab Saudi. Mereka berpegang pada prinsip “Alhajju Arafah”, sehingga mengikuti pelaksanaan Arafah (15 November) dan Idul Adha (16 November).


Untuk diketahui, perbedaan waktu antara Jakarta (Waktu Indonesia Barat/WIB) dengan Mekah adalah empat jam (Jakarta lebih dulu). Saat puncak wukuf di Arafah pada pukul 12.00 Waktu Arab Saudi (WAS), pada hari yang sama di Jakarta pukul 16.00.

Pemerintah mengimbau kepada umat Islam agar memilih pelaksanaa Idul Adha sesuai keyakinannya. “Majelis Ulama, ormas Islam, dan pemerintah menetapkan tanggal 17 November berbeda dengan Muhammadiyah. Tergantung keyakinannya masing-masing (untuk memilih),” kata Nasaruddin Umar.

Nasaruddin mengatakan, perbedaaan ini jangan sampai membuat perpecahan. “Perbedaan adalah hal yang biasa terjadi. Pemerintah juga tidak bisa memaksakan keyakinan masyarakat agar mengikuti ketetapan pemerintah untuk merayakan Idul Adha pada 17 November,” ujar Nasaruddin.

Muhammadiyah yang telah menetapkan 16 November 2010 sebagai hari raya Idul Adha berdasarkan hisab meminta kearifan dan kebesaran hati dari Pemerintah serta semua pihak. “Karena pada Idul Adha tahun ini kami menetapkan berbeda,” kata Ma’rifat Iman, mewakili PP Muhammadiyah.

Menurut KH Syaifuddin Amsir, dari PBNU, sebaiknya pada masa mendatang perbedaan hari raya tidak terulang lagi. Apalagi, dengan penetapan hari raya yang dilakukan sebagian kelompok umat, seperti penganut tarikat.

Syamsul Bahri, utusan DDII, menegaskan bahwa upaya penyatuan kalender hijriyah menjadi hal yang mutlak. Menurutnya, jika perbedaan ini terus terjadi, maka akan semakin membuka kesempatan suburnya sekte-sekte yang menyimpang. Selama ini banyak sekte atau aliran yang penetapan hijriyahnya jauh perbedaannya.

Sementara itu, Persatuan Islam (Persis) menyoroti pentingnya kebersamaan dalam perayaan Idul Adha dan Idul Fitri. Untuk itulah, Persis mendorong untuk menyatukan metode dan kriteria dalam penetapan bulan hijriyah, baik hisab maupun rukyah, sehingga tidak ada lagi perbedaan.

Ketua MUI Umar Shihab menyatakan, pihaknya bisa memahami perbedaan hari raya seperti yang ditetapkan PP Muhammadiyah, karena itu ia mengimbau semua pihak untuk saling menghormati. “Namun MUI tetap menyesuaikan dan mentaati keputusan Pemerintah,” kata Umar. 

sumber: spirithaji……

Silahkan tulis komentar Anda disini!

Your email address will not be published. Required fields are marked *