Saling Memberi Nasehat (Seri Peradaban 2)

Seorang muslim yang benar tidak hanya terlepas dari sifat tercela, tetapi ia juga mesti menghiasi dirinya dengan sifat-sifat produktf dan positif. Diantaranya adalah saling menasihati sesama muslim dalam masyarakatnya. Ia  meyakini bahwa itu merupakan perintah agama dan agama itu sendiri pada hakikatnya adalah nasihat.

Rasulullah SAW bersabda,

الدِّينُ النَّصِيحَةُ، قُلْنَا: لِمَنْ؟ قَالَ: لِلَّهِ، وَلِكِتَابِهِ، وَلِرَسُولِهِ، وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ.

“Sesungguhnya agama itu adalah nasihat. Shahabat bertanya, untuk siapa wahai Rasulullah SAW? Rasullah menjawab, (ketulusan) untuk Allah, Rasul-Nya, kitab-kitab Nya  dan untuk para pemimpin umat dan pengikutnya.” 

Para shahabat telah berjanji setia kepada Rasulullah SAW untuk melaksanakan shalat, zakat dan saling menasihati diantara sasama muslim. Hal ini dikuatkan oleh perkataan salah seorang shahabat yang bernama Jarir bin Abdillah ra,

بَايَعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى إِقَامِ الصَّلاةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالنُّصْحِ لِكُلِّ مُسْلِمٍ.

“Saya telah berbai’at kepada Rasulullah SAW untuk mendirikan shalat, membayar zakat, dan memberi nasehat kepada setiap muslim.”

Penggambungan sifat menasihati dengan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, menunjukan urgensi amalan tersebut dalam timbangan Islam. Dengannya dapat menentukan keputusan seseorang di akhirat kelak. Muslim yang benar akan berusaha mengakhiri hidupnya dengan kebaikan.

Dan bertambah urgennya nasihat itu dalam menentukan keputusan di akhirat kelak, karena  saling menasihati merupakan salah satu kewajiban umat Islam. Sifat ini adalah kunci yang akan membuka pintu surga. Barang siapa yang belum pernah menggapai kunci tersebut di dunia maka dilarang memasukinya di akhirat.

Rasulullah bersabda,

مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ

 “Barang siapa yang di beri amanah oleh Allah untuk menjaga masyarakat, kemudian dia meninggal pada hari yang telah di takdirkan dan dia melakukan tipu daya terhadap rakyatnya, maka Allah akan mengharamkan surga Nya.“ 

Dalam riwayat lain,

فَلَمْ يَحُطْهَا بِنَصِيحَةٍ لَمْ يَرِحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ

“Tidak menasihati rakyatnya, maka tidak akan bisa mencium harumnya surga.“

Imam Muslim meriwayatkan,

مَا مِنْ أَمِيْرِ يَلي أُمُورَ الْمُسْلِمِيْنَ، ثُمَّ لَا يَجْهَدُ لَهُمْ، وَيَنْصَحُ لَهُمْ، إِلَّا لَمْ يَدْخُلْ مَعَهُمُ الجَنَّةَ.

“Barangsiapa yang di percaya mengelola masyarakat Islam, lantas tidak bersungguh-sungguh dan tidak menasehati mereka, maka ia tidak bisa ikut memasuki surga.”

Betapa sangat besar tanggung jawab seorang pemimpin dalam Islam. Ia merupakan tanggung jawab seorang muslim untuk mengontrol dan memperhatikan perkara–perkara kaum muslimin. Begitu pula tanggung jawab pemimpin untuk menasihati rakyatnya berpengaruh terhadap nasib akhir hayatnya di hari kiamat. Hari dimana semua manusia dibangkitkan untuk menghadap Tuhan Semesta Alam.

Tampaklah dalam pengihatan kita tanggung jawab setiap muslim dalam masyarakat. Seperti yang telah dijelaskan Rasulullah SAW dalam sabdanya, “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggung jawab atas apa yang di pimpinnya.” 

(sumber: Dr. Muhammad Ali Al Hasyimi, Syakhshiyah Muslim)

0 Comments

Silahkan tulis komentar Anda disini!

Your email address will not be published. Required fields are marked *