referensimuslim.com – Umar bin Abdul Aziz pernah mengatakan, “Sungguh saya memiliki jiwa obsesif. Sedikitpun tidak berhasrat dengan kekuasaan. Namun jika itu takdir, maka obsesi saya adalah menjadi seorang khalifah dan jika takdir kematian menghampiri, maka obsesi saya adalah surga!”
Inilah ungkapan obsesif sang khalifah sebelum ia diangkat menjadi khalifah ke-5 setelah fase khulafaurrasyidin.Obsesinya di dunia berbanding lurus dengan obsesi akhiratnya. Ia tidak ingin obsesi dunia mengalahkan akhirat, tidak juga sebaliknya.
Obsesi bukan hayalan. Meski sepintas obsesi dan hayalan hampir sama. Obsesi adalah realitas, semangat yang bergelora. Ia adalah puncak kerinduan, mesin yang selalu menyala. Ia tak mengenal lelah, apalagi putus asa. Ia adalah spirit kerja-kerja nyata.
Berikut adalah beberapa hal yang bisa menumbuhkan obsesi itu tetap menyala,
Pertama, ilmu dan wawasan (al-ilmu wal bashiroh)
Ilmu adalah pemicu semangat dan obsesi. Ia akan mendobrak kedunguan. Jadikanlah mencari ilmu sepanjang hidup kita. Karena ilmu adalah jalan menuju obsesi dan cita-cita.
Kedua, orientasi akhirat (Irodah al-akhiroh)
Disebutkan dalam sunan Imam Tirmidzi dari sayidah ‘Aisyah radhiyallahu’anha. Sesungguhnya Rasulullah Saw pernah bersabda, “Barangsiapa mengharap keridhoaan manusia padahal Allah membencinya, maka Allah wakilkan segala urusannya kepada manusia. Dan barangsiapa mengharap keridhoaan Allah meski dalam pandangan manusia membencinya, maka Allah akan melindunginya dari manusia.”
Sehingga perbedaan mendasar adalah ketika obsesi yang tidak dilandasi keimanan maka berakhir dengan tragis. Kita mendengar dan membaca, orang-orang Jepang dan Amerika memiliki obsesi diatas rata-rata. Namun, ternyata survey juga menunjukan tingkat bunuh diri dan prustasi mereka meraih rangking pertama dan kedua!.
Ketiga, banyak mengingat kematian (katsrotu dzikrul maut)
Diceritakan dalam sebuah hadits dari Baro, ia berkata, suatu ketika kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah, lantas pandangan kami menuju kerumunan orang. Rasul Saw bertanya, kenapa kalian berkerumun? Karena ada yang dikubur. Lantas Rasulallah segera bergesas dan bergabung menghampiri kuburan itu, membentangkan tangannya karena ingin melihat apa yang akan mereka perbuat. Beliau akhirnya menangis dan menghapkan wajahnya kepada kami seraya bersabda, “Siapa saja pasti kita akan seperti saudara ini, maka bersiaplah.”
Kata “bersiaplah” adalah pemicu dan semangat berbuat amal shalih menghadapi hari kematian kita. Semakin banyak kita mengingat kematian, semakin banyak juga persiapan kita menuju kematian yang pasti datangnya.
Keempat, banyak berdoa (katsrotu ad-du’a)
Dengan banyak berdoa akan dibukakan pintu-pintu kebaikan. Doa adalah perisai dan pelindung kita dalam segala urusan. Kita berdoa kepada Allah Swt, karena sebaik-baik pelindung dan penolong adalah Allah Yang Maha Berkuasa. Berdoalah kepada Allah, karena yang memberi anugerah obsesi dunia-akhirat adalah Allah Swt.
Rasulullah Saw bersabda, “Manusia yang lemah adalah manusia yang lemah (jarang) berdoa.” (HR. Baihaqi dari Abu Hurairah)
Kelima, fokus dengan perkara besar (tarkiz al-fikru fi ma’ali al-umur)
Imam Hasan al-Bashri berkata, “Jika kamu tidak menyibukan dirimu dengan hal-hal kebajikan dan kebenaran, maka kamu akan disibukan dengan kebatilan.”
Berusahalah menyibukan diri kita dengan ketaatan, hal positif dan bermanfaat dunia-akhirat. Jangan biarkan waktu kita kosong, karena syaithan akan masuk disana dan menjerumuskan kepada kemaksiatan. Dan jangan biarkan kita sibuk dengan hal remeh-temeh, padahal perkara besar banyak menanti kita.
Keenam, bergaul dengan mereka yang memiliki obsesi besar (shuhbah ula al-himam al-‘aliyah)
Membaca, mengkaji dan menyelami perjalanan orang-orang besar adalah keniscayaan. Karena obsesi, inspirasi akan senantiasa terpancar dari kisah mereka. Sebagaimana pepatah Arab mengatakan,
Anda dengan manusia lainnya sepadan
dengan pilihan Anda sebagai teladan
Pilihlah mereka yang mempunyai obsesi
Anda pun mendapat kebaikan dan inspirasi
Akhirnya, mercusuar Islam ditangan khalifah Umar bin Abdul Azis dicatat tinta emas dalam sejarah peradaban dunia, karena obsesi peradaban yang terus tumbuh adalah obsesi dunia-akhirat. Obsesinya di dunia berbanding lurus dengan obsesi akhiratnya. Ia tidak ingin obsesi dunia mengalahkan akhirat, tidak juga sebaliknya. Semoga kitapun bisa meneladaninya.