ReferensiMuslim.Com– Belajar dari tukang bakso | Di suatu senja sepulang kantor, hasil bbm via akh Bambang, yuk kita simak 😉 #i_Bakso
Sumber: http://chirpstory.com/li/162466
Follow: @GozaliSudirjo
Telah diedit seperlunya J
1 Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk ngurus tanaman di depan rumah,
2 Sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai.
3 Hujan rintik rintik selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini.
4 Dikala tangan sedikit berlumuran tanah kotor,…terdengar suara tek…tekk.. .tek…suara tukang bakso dorong lewat.
5 Sambil menyeka keringat, ku hentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkok bakso setelah menanyakan ke anak-anak, siapa yang mau bakso?
6 “Mauuuuuuuuu. …”, secara serempak dan kompak anak – anak asuhku menjawab.
7 Selesai makan bakso, lalu saya membayarnya. … Ada satu hal yang menggelitik pikiranku, ketika saya membayarnya?!
8 Si tukang bakso memisahkan uang yang diterimanya. Satu disimpan dilaci, satu ke dompet, lainnya ke kaleng bekas kue seperti kencleng (celengan).
9 Lalu aku bertanya atas rasa penasaranku, “Mang kalo boleh tahu, kenapa uang-uang itu Emang pisahkan? Barangkali ada tujuan?”
10 “Iya pak, Emang sudah memisahkan uang ini selama jadi tukang bakso yang sudah berlangsung hampir 17 tahun.
11 Tujuannya sederhana saja, Emang hanya ingin memisahkan, mana yang jadi hak Emang, mana yang jadi hak orang lain/tempat ibadah (sedekah), dan … “
12 … Dan mana yang jadi hak cita-cita penyempurnaan iman” “Maksudnya.. …?” saya melanjutkan bertanya.
13 “Iya Pak, kan agama dan Tuhan menganjurkan kita agar bisa berbagi dengan sesama. Emang membagi tiga, dengan pembagian sebagai berikut:
14 1) Uang yang masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari Emang dan keluarga.
15 2) Uang yang masuk ke laci, artinya untuk infaq/sedekah, atau untuk melaksanakan ibadah Qurban
16 Alhamdulillah selama 17 tahun menjadi tukang bakso, Emang selalu ikut qurban seekor kambing, meskipun kambingnya yang ukuran sedang saja.
17 3) Uang yang masuk ke kencleng, karena emang ingin menyempurnakan agama yang Emang pegang yaitu Islam.
18 Islam mewajibkan kepada umatnya yang mampu, untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini tentu butuh biaya yang besar.
19 Maka Emang berdiskusi dengan istri, dan istri menyetujui, di setiap penghasilan harian hasil jualan bakso ini, Emang kudu menyisihkan …
20 Menyisihkan penghasilan untuk tabungan haji. Insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar 2 tahun lagi Emang dan istri akan melaksanakan ibadah haji.
21 Hatiku sangat…… sangat tersentuh mendengar jawaban itu. Sungguh sebuah jawaban sederhana yang sangat mulia.
22 Bahkan mungkin kita yang miliki nasib sedikit lebh baik dari si Emang bakso, belum tentu miliki pikiran dan rencana indah dalam hidup seperti itu.
23 Dan seringkali berlindung di balik kata “tidak mampu” atau “belum ada rejeki”. Terus saya melanjutkan sedikit pertanyaan, sebagai berikut:
24 “Iya memang bagus…,tapi kan ibadah haji itu hanya diwajibkan bagi yang mampu, termasuk memiliki kemampuan dalam biaya….”
25 Ia menjawab, ” Itulah sebabnya Pak, Emang justru malu kalau bicara soal mampu atau tidak mampu ini.
27 Definisi “mampu” adalah sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan untuk mendefinisikannya sendiri.
28 Kalau kita mendefinisikan diri sendiri sebagai orang tidak mampu, maka mungkin selamanya kita akan menjadi manusia tidak mampu.
29 Sebaliknya kalau kita mendefinisikn diri sendiri, “mampu” maka Insya Allah dengan segala kekuasaan dan kewenanganNya akan diberi kemampuan kepada kita.
30 “Masya Allah…, sebuah jawaban elegan dari seorang tukang bakso”. Semoga Bermanfaat! “BelajarDariTukangBakso”
*) Terima kasih kepada @dedhi_suharto @aerkhansa dan lainnya yang telah me-RT sehingga mudah-mudahan jadi lebih bermanfaat!
Berbagi dengan Admin Follow @referensimuslim atau @GozaliSudirjo