referensimuslim.com – Penuturan Seorang Pelatih Atlet sebagai berikut, semoga bermanfaat!
“Saya ini pelatih Atlet, dalam cabang Lari itu ada lari Sprint (kencang) jarak dekat dan lari Marathon (stamina) jarak jauh.”
“Untuk yang pelari Sprint (cepat) itu jarak yang harus di tempuhnya dekat-dekat saja, pada umumnya 100meter dan paling jauh 200 meter. Dalam Lari Sprint ini pelari akan di paksa untuk mengeluarkan segenap kemampuan dan tenaga secara habis-habisan untuk menjadi yang tercepat dan mencapai garis finish 100 atau 200 meteran tadi.”
“Sangat berbeda jauh dengan lari marathon (jarak jauh), yang harus benar2 serius tapi santai, pandai mengatur stamina karena jarak yang di tempuh paling dekat adalah 10 kilo meter.”
“Begitu juga dengan sekolah, di mata saya yang namanya BELAJAR itu adalah SEBUAH PROSES yang dilakukan mulai sejak kecil sampai kita tutup usia, dan itulah garis FINISH dari seseorang untuk berhenti belajar jika kita sudah tutup usia”.
“Jadi menurut saya, Belajar itu adalah proses yang dilakukan sepanjang hidup, dimulai sejak lahir dan baru berakhir saat kita tutup usia, jika di analogikan proses ini persis seperti LARI MARATHON.”
“Tapi saya bingung mengapa sistem sekolah kita dan kebanyakan para orang tua itu membuat BELAJAR SEPERTI orang yang BERLARI SPRINT saling berlomba dengan anak satu kelas atau sekolah lain.”
“Anak-anak sejak usia dini sudah dipaksa dijejali berbagai mata pelajaran, di paksa berlari KENCANG (sprint) untuk mengejar nilai KKM, Pelajaran dan sebagainya, ikut kursus, bimbel dari guru dan dari luar dari pagi hingga malam, seperti orang ketakutan ketinggalan lari di garis finish”.
“Hingga akhirnya hampir sebagian besar anak bersekolah bukannya malah menjadi pintar dan sehat malah menjadi stress dan gampang marah atau bahkan bermasalah.”
“Coba bayangkan apa yang terjadi jika Para Pelari Marathon itu di paksa lari kencang se-kencang-kencangnya seperti para pelari Sprint apa yang akan terjadi”
“Wah bisa-bisa mereka mulai tumbang dan tewas satu persatu di jarak antara 300 sampai 500 meter.”
“Begitu juga dengan anak-anak kita”. Jika mereka di paksa untuk lari sprint bisa-bisa mereka mulai tumbang satu demi satu, ada sebagian dari mereka mulai malas atau tidak suka bersekolah, ada yang bahkan mogok sekolah di usia sekitar SD atau SMP dan sebagainya”.
“Ah kasihan sekali ya anak-anak kita”
*****
Berbicara soal Aqidah / Iman maka Sobat Muda membahas sesuatu yang tidak bisa Anda lihat tapi terasa ada, bahkan itu menjadi barometer Anda dalam menyikapi kehidupan. Aqidah adalah PONDASI, kuat lemahnya akan menjadi penentu bangunan apa di atasnya. Semakin kuat pondasi tentu semakin baik bangunan tersebut.
Karenanya, 13 tahun Rasulullah menempa keimanan para sahabat. Yang kemudian Anda tahu, Aqidah yang kokoh menjadikan para sahabat orang-orang yang senantiasa taat dan KOKOH dalam segala situasi.
Lamanya Nabi dalam penanaman Aqidah kepada para sahabat yang akhirnya menjadi standar waktu bagi anak-anak sekarang. Yakni usia 0-13 tahun adalah masa penanaman Aqidah yang optimal.
Demikianlah, penguatan PONDASI Aqidah ibarat filosofi Marathon diatas jika dikaitkan dengan konsep Al Ashr (FOKUS, YAKIN, UNGGUL, & PETA) sangat sangat diperlukan, karena jika tidak anak anak zaman sekarang sangat rentan dg hal hal yg menyimpang.
Gozali Sudirjo
Founder & CEO Referensi Muslim
http://referensimuslim.com
Bergabung Grup Khusus klik:
https://www.facebook.com/groups/848358288598153/
Berbagi dengan Admin Follow @referensimuslim