referensimuslim.com – Sedikit ingin berbagi pengalaman pribadi, ayah milenial praktik memandikan bayi tanpa bantuan orang tua. Saya seorang ayah 4 orang (putra dan putri), insya allah beberapa bulan lagi kami memilki 5 putra/i alhamdulillah atas izin Allah.
Diawal anak pertama tahun 2008, karena kami jauh dari orang tua (kuliah di LN), status saya juga mahasiswa yang sudah berkeluarga, semua ditangani secara mandiri. Memandikan, mengganti popok malam-malam menjadi rutinitas yang special moment. Terutama, disaat saya sedang makan, anak menangis, minta diganti popok itu sudah menjadi ‘bumbu isitimewa’ yang saya alami bertahun-tahun, so nikmati saja 🙂 lihat DISINI videonya, di upload di youtube 9 tahun yang lalu, kualitas HP jadul. (video mandinya tidak ditampilkan karena aurat).
Ayah milenial sepengetahuan saya, jarang yang melakukannya, terlebih kebanyakan mereka masih mengandalkan orang tua atau mertua, ayo jujur, betulkan?! Sebagaian besar begitu he he …
RASAKAN Asyiknya Memandikan Bayi
Saya diawal juga sempat ragu praktik memandikan bayi, namun berbekal gugling, baca-baca, lihat beberapa video tutorial, alhamulillah lancar jaya, bahkan lebih sering saya ayahnya yang memandikan dibanding istri saya, cieee (bukan sombong ya) …
Karena praktik memandikan bayi bagi ayah milenial bukan sekadar membersihkan bayi dari keringat atau ee (bab), namun lebih dari itu yaitu bonding, kedekatan antara ayah dan anak. Proses pendidikan karakter dominasinya ada di ayah, silahkan baca lagi tulisan sebelumnya Peran Ayah dalam Pendidikan Karakter
Pentingya Ayah Milenial Praktik Memandikan Bayi
Sebagai referensi muslim, silahkan simak penuturan Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, SpA(K) pakar tumbuh kembang anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Beliau menjelaskan, stimulus sensorik memegang peranan penting agar bayi dapat bertumbuh kembang dengan baik. Stimulus sensorik memiliki lima dimensi yaitu stimulus visual, olfaktori atau penciuman, auditori atau pendengaran, kinestetik atau gerak, dan taktil atau sentuhan.
Kalau diberi stimulasi secara bersamaan atau terintegrasi (multisensorik) akan memberikan manfaat yang lebih besar daripada diberikan satu per satu, kata dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu.
Ia menambahkan, stimulasi juga berhubungan erat dengan pembentukan ikatan atau bonding antara anak dengan orangtuanya.
Oleh karena itu, orangtua harus berani memandikan bayinya sendiri sebab waktu mandi bayi mendapatkan banyak stimulus. Dari situlah kedekatan akan terbangun.
Baca Juga : Kisah Ayah Teladan Di Era Milenial Yang Diceritakan AlQuran
Terkait hal tersebut, hasil penelitian yang dilakukan oleh Johnson’s, salah satu perusahaan produk perawatan bayi, bekerja sama dengan Harris Poll menemukan fakta menarik seputar ritual memandikan bayi.
Data menunjukkan, 96 persen orangtua di Indonesia memahami waktu mandi sebagai waktu untuk membangun kedekatan dengan bayi. Meski demikian, di Indonesia terkadang peran memandikan bayi diberikan kepada orang lain.
Secara rinci, tugas memandikan bayi umumnya dilimpahkan kepada kakek-nenek (15 persen), pengasuh (11 persen), maupun anggota keluarga lainnya (8 persen). Di Tanah Air, saudara sekandung pun kerap dimandikan bersama (84 persen).
Di samping itu, pemberian stimulus multisensorik saat mandi juga memberikan banyak manfaat lain, misalnya merangsang perkembangan otak atau kognitif bayi sehingga tumbuh menjadi anak yang cerdas dan kreatif.
Jelaskan para ayah milenial! So, jangan ragu lagi ayah milenial praktik memandikan bayi sekarang juga! Semoga pengalaman pribadi ini bermanfaat dan terus semangat untuk belajar menjadi ayah teladan dambaan semuanya!
Berbagi dengan Admin Follow IG@referensimuslim